Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku, sebab aku sebatang kara dan tertindas. –Mazmur 25:16
Baca: Mazmur 25:16-22
Dalam buku Adopted for Life, Dr. Russell Moore menceritakan perjalanan keluarganya ke suatu panti asuhan untuk mengadopsi seorang anak. Ketika memasuki kamar anak-anak, kesunyian ruangan itu membuat mereka terkesiap. Bayi-bayi di dalam buaian itu tidak pernah menangis—bukan karena mereka tidak pernah membutuhkan apa pun, tetapi karena mereka menyadari tidak ada seorang pun yang cukup peduli untuk menanggapi mereka.
Hati saya perih saat membaca kata-kata itu. Saya teringat malam-malam yang tak terhitung banyaknya ketika anak-anak kami masih kecil. Meski sudah tertidur lelap, saya dan istri akan segera terbangun mendengar teriakan mereka, “Pa, aku sakit!” atau, “Ma, aku takut!” Lalu, salah satu dari kami akan bergegas pergi ke kamar mereka dan berupaya sebaik mungkin untuk menghibur serta membuat mereka nyaman. Anak-anak tahu mereka dapat meminta bantuan kami karena kami mengasihi mereka.
Ada begitu banyak mazmur yang berisi seruan, atau ratapan, kepada Allah. Israel menyampaikan ratapan mereka kepada-Nya atas dasar hubungan pribadi-Nya dengan mereka. Inilah umat yang disebut Allah sebagai “anak-[Nya] yang sulung” (Kel. 4:22), dan mereka meminta Bapa mereka untuk bertindak sebagaimana mestinya. Kepercayaan yang tulus seperti itu ditunjukkan dalam Mazmur 25, “Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku, . . . keluarkanlah aku dari kesulitanku” (ay. 16-17). Anak-anak yang meyakini kasih sayang pengasuhnya akan menangis. Sebagai orang percaya—anak-anak Allah—kita tahu bahwa kita dapat berseru dan meminta pertolongan-Nya. Dia mendengar dan mempedulikan kita, karena begitu besar kasih-Nya.
Oleh: John Blase
Renungkan dan Doakan
Seberapa nyamankah Anda mengungkapkan seruan Anda kepada Allah? Mengapa demikian? Bagaimana Anda dapat menyatakan ratapan Anda kepada Allah hari ini?
Bapa Surgawi, aku sangat bersyukur atas kesetiaan-Mu untuk mendengar seruanku dan bertindak bagiku.
Amin.....
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu....
WAWASAN
Satu-satunya informasi yang diberikan oleh keterangan pada Mazmur 25 adalah bahwa mazmur ini ditulis oleh Daud. Berbeda dengan beberapa mazmur yang ditulis oleh Daud (lihat Mazmur 51), di sini tidak terdapat petunjuk tentang peristiwa tertentu yang mendorong penulisannya. Dilihat dari isi mazmur, sejumlah ahli Alkitab menduga bahwa ini mungkin ditulis pada waktu Daud dikejar-kejar oleh Saul atau Absalom. Namun, karena mazmur ini mengungkapkan rasa penyesalan, banyak juga yang berpendapat bahwa mazmur ini kemungkinan ditulis setelah perbuatan dosa yang dilakukan Daud dengan Batsyeba. Apa pun alasannya, Mazmur 25 adalah sebuah ratapan pribadi (bukan ratapan seluruh bangsa). Ciri khasnya adalah penggunaan akrostik, yaitu setiap baris dimulai dengan huruf-huruf yang berurutan dalam abjad Ibrani. Ini adalah perangkat sastra yang sengaja digunakan dalam syair Ibrani untuk memudahkan penghafalannya. Ciri serupa juga terdapat dalam Mazmur 34, 37, 111, 112, 119, dan 145. –Bill Crowder
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread
Tidak ada komentar:
Posting Komentar