Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah. –Yakobus 1:19
Baca: Yakobus 1:18-20
Jantung saya berdegup semakin kencang saat saya membuka mulut untuk menyangkal tuduhan seorang teman terhadap saya. Tidak seperti sangkaannya, apa yang saya unggah di media sosial itu tidak bersangkut paut dengan dirinya. Namun, sebelum menanggapi, saya membisikkan sebuah doa. Kemudian saya merasa lebih tenang dan mencoba menyimak ucapannya serta kepedihan di balik kata-katanya. Jelas bahwa masalah ini jauh lebih dalam daripada yang tampak di permukaan. Teman saya telah terluka, dan keinginan saya untuk membela diri pun lenyap. Saya memilih untuk menolongnya mengatasi kepedihan hatinya.
Selama bercakap-cakap dengannya, saya belajar apa yang Yakobus maksudkan dalam ayat renungan hari ini. Ia mendorong kita agar “cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah” (Yak. 1:19). Mendengar dapat membantu kita memahami maksud di balik kata-kata yang terucap, dan terhindar dari kemarahan yang “tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah” (ay. 20 ). Mendengar akan menolong kita untuk menangkap isi hati orang yang sedang berbicara. Saya rasa, berhenti sejenak dan berdoa sangat menolong saya dalam masalah dengan teman saya ini. Saya menjadi jauh lebih peka terhadap kata-katanya daripada terhadap perasaan saya yang tersinggung. Mungkin kalau saya tidak berhenti sejenak untuk berdoa, saya akan balas melontarkan pendapat saya dan mengungkapkan betapa tersinggungnya saya.
Meski saya tidak selalu menerapkan perintah Yakobus dengan benar, rasanya saya berhasil melakukannya hari itu. Berhenti sejenak untuk berdoa sebelum amarah dan rasa tersinggung menguasai saya adalah kunci dari sikap yang cepat untuk mendengar tetapi lambat untuk berkata-kata. Saya berdoa, kiranya Allah memberi saya hikmat untuk lebih sering melakukannya (Ams. 19:11).
Oleh: Katara Patton
Renungkan dan Doakan
Pernahkah perintah Yakobus tersebut menolong Anda di masa lalu? Bagaimana Anda dapat menerapkannya sekarang ini?
Allah Mahakasih, ingatkanlah aku agar cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk tersinggung dan marah.
Amin.....
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu.....
WAWASAN
Kemarahan adalah topik yang sering dibicarakan di dalam Alkitab. Yakobus mendorong kita agar “lambat untuk marah” (Yakobus 1:19). Amsal 19:11 mengatakan, “Orang bijaksana dapat menahan kemarahannya. Ia terpuji karena tidak menghiraukan kesalahan orang terhadapnya” (BIMK). Rasul Paulus mengingatkan kita, “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu” (Efesus 4:26). Sebagai pengikut Yesus, kita harus bertumbuh semakin seperti Allah kita, yang “penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya” (Keluaran 34:6). Dalam Perjanjian Lama, kita melihat bagaimana Allah marah terhadap dosa pribadi atau bangsa, tetapi berulang kali Dia memohon kepada mereka: “Berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia . . . panjang sabar dan berlimpah kasih setia” (Yoel 2:13). Daud menyakinkan kita bahwa “sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati” (Mazmur 30:6). –Alyson Kieda
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread
Tidak ada komentar:
Posting Komentar