Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. –Mazmur 42:2
Baca: Mazmur 42:1-5
Saya dan dua orang teman pernah mencoba mewujudkan salah satu impian kami, yaitu mendaki Grand Canyon. Saat memulai pendakian, kami sempat ragu apakah air minum yang kami bawa itu cukup. Benar saja, tak lama kemudian persediaan air itu pun habis, sementara perjalanan masih jauh. Sambil terengah-engah, kami pun berdoa. Kemudian, di suatu belokan, tampaklah apa yang kami sebut sebagai keajaiban. Kami melihat tiga botol air minum terselip di sela-sela batu dengan sebuah catatan: “Pasti kamu butuh ini. Selamat menikmati!” Kami hanya bisa tercengang dan saling berpandangan. Sambil mengucap syukur kepada Allah, kami minum beberapa teguk dan melanjutkan bagian akhir perjalanan. Belum pernah saya merasa begitu haus—dan begitu bersyukur—dalam hidup saya.
Pemazmur tidak mempunyai pengalaman seperti kami di Grand Canyon, tetapi jelas ia mengenali perilaku rusa yang haus dan mungkin ketakutan. Rusa itu “merindukan” (Mzm. 42:2), suatu kata yang menunjukkan kehausan dan kelaparan yang besar, hingga timbul perasaan takut mati jika keadaan tidak berubah. Pemazmur lalu menyamakan seekor rusa yang begitu haus dengan kerinduannya kepada Allah: “demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah” (ay. 2).
Seperti air yang sangat kita butuhkan, Allah adalah sumber pertolongan kita yang senantiasa hadir. Kita merindukan-Nya karena Dia memberikan kekuatan yang baru dan menyegarkan hidup kita yang letih. Kita pun diperlengkapi untuk siap menghadapi apa saja yang mungkin terjadi dalam perjalanan kita.
Oleh: John Blase
Renungkan dan Doakan
Pernahkah Anda mengalami rasa haus, lapar, atau ketakutan yang luar biasa? Mengapa kita perlu merindukan kehadiran Allah?
Allah Mahakasih, terima kasih untuk kekuatan baru yang kuterima, ketika Engkau memenuhi hidupku. Ampunilah aku, karena pernah berharap pada hal-hal lain selain Engkau.
Amin....
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu...
WAWASAN
Mazmur 42 adalah yang pertama dari sebelas mazmur yang disebutkan digubah oleh bani Korah (juga Mazmur 44–49, 84–85; 87–88). Akan tetapi, siapakah mereka? Kata bani di sini berarti keturunan dari seorang bernama Korah, yang terlibat dalam konspirasi penggulingan kepemimpinan Musa di padang gurun dalam Kitab Keluaran. Korah (dari suku Lewi), Datan, Abiram, dan On—bersama 250 pemimpin umat yang ternama—bergabung dalam konspirasi tersebut (Bilangan 16:1-3). Sungguh ironis bahwa bertahun-tahun kemudian, keturunan Korah mengikuti pelayanan yang ditetapkan bagi suku Lewi (lihat pasal 18) untuk menjadi pemimpin penyembahan bagi bangsa mereka. Sungguh kisah penebusan yang luar biasa ketika suara pertentangan berganti dengan suara pujian. –Bill Crowder
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread
Tidak ada komentar:
Posting Komentar