• Pengendalian Diri yang Bijaksana 2025-02-17

    Apakah kamu melihat orang yang terburu-buru bicaranya? Harapan orang bodoh lebih banyak daripada orang itu. –Amsal 29:20 (AYT)

    Baca: Amsal 29:4-11, 20

    Setelah pihak Selatan menderita kekalahan telak di Gettysburg dalam Perang Saudara Amerika (1863), Jenderal Robert E. Lee memimpin pasukannya yang babak belur kembali ke wilayah Selatan. Namun, hujan deras membuat Sungai Potomac meluap sehingga menghalangi perjalanan pulang mereka. Presiden Abraham Lincoln mendesak Jenderal George Meade agar menyerang. Namun, pasukan Meade sama lelahnya dengan pasukan Lee, sehingga ia memutuskan untuk mengistirahatkan pasukannya.

    Lincoln mengambil pena dan menulis surat, dan di dalamnya ia mengaku “sangat terganggu” dengan keengganan Meade untuk mengejar Lee. Namun, pada amplop surat itu, sang presiden menuliskan kata-kata berikut: “Kepada Jend. Meade, tidak pernah dikirim ataupun ditandatangani.” Memang, surat itu tidak pernah beranjak dari meja Lincoln.

    Jauh sebelum Lincoln, seorang pemimpin besar lain telah memahami pentingnya mengendalikan emosi. Kemarahan, apa pun pembenarannya, adalah kekuatan yang sangat berbahaya. “Apakah kamu melihat orang yang terburu-buru bicaranya?” tanya Raja Salomo. “Harapan orang bodoh lebih banyak daripada orang itu” (Ams. 29:20 AYT). Salomo sadar bahwa “jika penguasa memperhatikan keadilan, negerinya akan kukuh” (ay. 4 BIMK). Ia juga memahami bahwa “orang bodoh marah secara terang-terangan, tetapi orang bijaksana bersabar dan menahan kemarahan” (ay. 11 BIMK).

    Pada akhirnya, tindakan Lincoln yang batal mengirimkan surat itu mencegahnya untuk menurunkan semangat jenderal kepercayaannya, sekaligus membantunya meraih kemenangan dan membawa pemulihan bagi bangsanya. Kiranya kita belajar dari teladan pengendalian diri yang bijaksana seperti yang beliau lakukan.

    Oleh: Tim Gustafson

    Renungkan dan Doakan

    Mengapa penting untuk meluapkan emosi Anda dengan hati-hati? Bagaimana Anda akan menerapkan hal ini saat Anda marah nanti?

    Ya Bapa, kuserahkan perasaanku kepada-Mu, agar Roh-Mu yang kudus dapat menolongku untuk tidak tergesa-gesa dalam berbicara.

    Amin.....

    Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu...

    WAWASAN

    Amsal 29 memperingatkan kita untuk menahan diri dan mengatasi amarah. “Orang bijak meredakan amarah” (ay. 8), sementara “orang bebal melampiaskan seluruh amarahnya” (ay. 11). Orang yang marah pada akhirnya “menimbulkan pertengkaran, dan orang yang lekas gusar, banyak pelanggarannya” (ay. 22). Kemarahan yang tidak terkendali berujung pada tindakan Kain membunuh Habel—pembunuhan pertama dalam sejarah manusia. Allah memperingatkan Kain untuk mengendalikan amarahnya, supaya ia tidak dikuasai olehnya. Sayang, Kain terlanjur marah, sehingga ia pun membunuh adiknya (Kejadian 4:6-8). Dalam contoh lain, Musa membunuh seorang mandor Mesir dalam kemarahannya (Keluaran 2:11-12). Bertahun-tahun kemudian, karena marah kepada orang Israel yang terus-terusan mengeluh, Musa melawan perintah Allah dan merendahkan umat itu dengan memukul batu (Bilangan 20:1-13). Pemazmur berkata bahwa “mereka membuat hati [Musa] kesal, sehingga ia bicara tanpa berpikir” (Mazmur 106:32 BIMK). Memang, “Siapa lekas naik darah, berlaku bodoh” (Amsal 14:17). Paulus pun memperingatkan, “Kalau kalian marah, janganlah membiarkan kemarahan itu menyebabkan kalian berdosa . . . supaya Iblis tidak mendapat kesempatan” (Efesus 4:26-27 BIMK). –K.T. Sim

    Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti 

    Our Daily Bread

  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Pematangsiantar, Sumatera Utara, Indonesia
Pengamat Sosial

Bertumbuh dalam Allah 2025-07-07

Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah. –2 Timotius 2:15 Baca: 2 Timotius 2:14-16, 22-26 Pada tahun-tahun pertamanya sebagai seora...

Halaman FB