• Relevan di Mata Allah 2025-02-07

    Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati. –1 Samuel 16:7

    Baca: 1 Samuel 16:1, 6-13

    Setiap tahun, tim-tim football profesional di Amerika Serikat akan memilih pemain baru melalui acara National Football League Draft. Para pelatih akan menghabiskan ribuan jam untuk menilai kecakapan dan kebugaran calon pemain incaran mereka. Pada tahun 2022, Brock Purdy menjadi pemain pilihan terakhir—dengan nomor urut 262. Ia bahkan dijuluki “Si Tidak Relevan,” sebutan yang diberikan kepada pemain terakhir yang dipilih. Tak seorang pun berharap ia akan bermain dalam satu pertandingan pun dalam musim kejuaraan berikutnya. Namun, hanya beberapa bulan kemudian, Purdy memimpin timnya meraih dua kemenangan di babak penyisihan. Ternyata, para petinggi tim yang bertanggung jawab memilih pemain baru tidak selalu berhasil mengenali potensi yang ada. Kita pun menghadapi masalah yang sama.

    Dalam kisah Perjanjian Lama yang sudah sering kita dengar, Allah mengutus Nabi Samuel untuk memilih raja Israel berikutnya dari antara anak-anak Isai. Saat Samuel menjumpai anak-anak itu, ia terpengaruh oleh penampilan fisik mereka. Namun, Allah mengingatkannya, “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi” (1 Sam. 16:7). Sebaliknya, Allah mengarahkan Samuel untuk memilih, bukan yang tertua atau yang tertinggi, tetapi justru yang paling muda dan yang sepertinya paling tidak relevan. Itulah Daud, yang nantinya akan menjadi raja Israel yang terbesar.

    Mengapa kita sering gagal dalam menilai orang? Perikop ini mengingatkan kita bahwa “manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati” (ay. 7). Saat kita diminta memilih anggota tim kerja atau melayani sebagai relawan, kita dapat memohon Allah agar memberi kita hikmat dalam memutuskan pilihan berdasarkan kualitas yang bernilai bagi-Nya.

    Oleh: Lisa M. Samra

    Renungkan dan Doakan

    Kapan Anda pernah merasa “tidak relevan”? Bagaimana Anda dapat memandang orang lain dari sudut pandang Allah?

    Bapa Surgawi, tolonglah kami untuk melihat orang lain, sebagaimana Engkau melihat mereka.

    Amin....

    Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu....

    WAWASAN

    Tak ada catatan tentang perasaan saudara-saudara Daud ketika ia diurapi di depan umum oleh Nabi Samuel di Betlehem (1 Samuel 16:13). Beberapa waktu kemudian, kita tahu bahwa Eliab, kakak Daud yang tertua, marah ketika Daud mengunjungi medan tempur antara Israel dan orang Filistin. Eliab “bangkit amarah[nya]” terhadap sang adik (17:28). Ia berkata, “Aku kenal sifat pemberanimu dan kejahatan hatimu: engkau datang ke mari dengan maksud melihat pertempuran” (ay. 28). Boleh jadi Eliab menyesali perkataannya itu. Tak lama kemudian, Daud mengukir sejarah dengan mengalahkan Goliat (ay. 41-51). –Tim Gustafson

    Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti 

    Our Daily Bread

  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Pematangsiantar, Sumatera Utara, Indonesia
Pengamat Sosial

Bertumbuh dalam Allah 2025-07-07

Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah. –2 Timotius 2:15 Baca: 2 Timotius 2:14-16, 22-26 Pada tahun-tahun pertamanya sebagai seora...

Halaman FB