Janganlah lekas-lekas marah dalam hati, karena amarah menetap dalam dada orang bodoh. –Pengkhotbah 7:9
Baca: Pengkhotbah 7:3-9
Dari semua hal-hal konyol yang menyebabkan negara-negara saling berperang, mungkinkah kue kering menjadi penyebab yang terburuk? Pada tahun 1832, di tengah ketegangan antara Prancis dan Meksiko, sekelompok tentara Meksiko mengunjungi sebuah toko kue kering Prancis di Kota Meksiko dan mencicipi semua produknya tanpa membayar. Meski detail peristiwanya cukup rumit (ditambah berbagai provokasi lain yang memperburuk masalah), yang kemudian terjadi sebagai akibatnya adalah Perang Prancis-Meksiko yang pertama (1838–39), yang dikenal sebagai Perang Kue Kering, suatu konflik yang mengakibatkan tewasnya lebih dari 300 tentara. Sungguh menyedihkan bagaimana momen kemarahan sekejap dapat menimbulkan bencana begitu besar.
Kebanyakan konflik antarmanusia—pernikahan yang hancur dan persahabatan yang rusak—kemungkinan berakar pada kemarahan yang tak terkendali. Keegoisan dan permainan kekuasaan, kesalahpahaman yang tidak diselesaikan, penghinaan dan serangan balasan—semua itu adalah bentuk kebodohan. Sering kali persepsi atau reaksi kita yang tidak bijak membawa kita kepada kemarahan yang merusak. Namun, Kitab Pengkhotbah menawarkan hikmat: “Janganlah lekas-lekas marah dalam hati, karena amarah menetap dalam dada orang bodoh” (7:9).
Sungguh bodoh apabila kita memiliki sumbu pendek dan begitu mudah terpancing untuk marah, terutama ketika Allah menawarkan jalan yang lebih baik—bisa saja melalui “hardikan orang berhikmat” (ay. 5). Dengan mengejar hikmat, kita dapat mengizinkan “damai sejahtera Kristus memerintah dalam hati [kita]” (Kol. 3:15). Kita dapat hidup dalam hikmat dan pengampunan dengan pertolongan-Nya.
Oleh: Winn Collier
Renungkan dan Doakan
Kapan Anda pernah menyerah pada kemarahan yang bodoh? Bagaimana hal itu telah menyakiti Anda atau orang lain?
Ya Allah, aku tidak ingin membiarkan kemarahan yang bodoh menguasaiku atau menyakiti orang lain. Tolonglah aku melepaskan kemarahanku dan menerima damai sejahtera-Mu.
Amin....
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu....
WAWASAN
Salomo, penulis Kitab Pengkhotbah, bertanya: “Bagaimana orang dapat mengetahui apa yang paling baik baginya di dalam hidupnya yang pendek dan tidak berguna, dan yang lewat seperti bayangan?” (6:12 BIMK). Kitab ini memuat nasihat-nasihat yang terasa janggal dan tidak wajar tentang masa hidup yang pendek, penuh kesulitan, dan kesenangan (7:1-14). Kematian lebih baik daripada kelahiran (ay. 1); datanglah ke pemakaman, bukan ke pesta (ay. 2); dan renungkanlah tentang penderitaan hidup, bukan kesenangan (ay. 3). Karena “maut menunggu setiap orang” (ay. 2 BIMK), Salomo menasihati kita untuk menjalani hidup dengan memikirkan akhirnya, merenungkan pendeknya hidup alih-alih mengejar kesenangan, “karena kesedihan mempunyai pengaruh yang melembutkan hati” (ay. 3 FAYH). Dengan mengingat betapa pendeknya hidup, sulitnya hidup, dan kepastian kematian, kita dapat lebih bijak dalam menghabiskan waktu kita. Bahkan ketika kita terombang-ambing dalam kehidupan yang tidak menentu—kesulitan dan kemakmuran, saat baik dan saat buruk silih berganti—Allah tetap memegang kendali (ay. 13-14). –K.T. Sim
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread
Tidak ada komentar:
Posting Komentar