Engkau akan tetap makan sehidangan dengan aku. –2 Samuel 9:7
Ada sebuah cabang olahraga baru yang dimainkan di kalangan sekolah menengah, dan itu merupakan salah satu pengalaman yang paling membangkitkan semangat mereka yang menyaksikannya.
Cabang olahraga ini mengandung banyak unsur yang juga dimiliki oleh olahraga lain: sorak-sorai penonton, para wasit, dan papan skor. Namun, ada satu hal yang berbeda: Setiap tim terdiri dari lima orang di lapangan, dengan dua pemain non-difabel dan tiga pemain lain yang difabel. Aktivitas yang terjadi di atas lapangan sangatlah mengharukan, karena para pemain membantu, menyemangati, dan mendukung satu sama lain—tidak peduli dari tim mana mereka berasal. Yang diharapkan dari permainan tersebut adalah bangkitnya semangat para siswa, yang sebelum adanya kegiatan ini tidak bisa merasakan keseruan dari olahraga kompetitif.
Untuk menghormati para siswa dengan cara tersebut dibutuhkan para pemimpin sekolah yang bertekad kuat dan juga bijaksana. Upaya mereka juga mencerminkan teladan yang ditunjukkan oleh Raja Daud dalam Alkitab.
Ada ungkapan umum pada zaman Daud yang menyatakan bahwa “orang buta dan orang lumpuh tidak boleh masuk ke istana” (2 Sam. 5:8 TSI). Metafora ini sebenarnya ditujukan kepada musuh-musuh Daud. Namun, Daud memutuskan untuk menerima putra Yonatan, Mefiboset, yang cacat pada kedua kakinya, ke dalam istana dan menghormatinya dengan memberikan tempat untuk “makan sehidangan dengan[nya]” (9:7).
Paulus memberikan pedoman yang jelas tentang bagaimana kita sepatutnya memperlakukan orang lain. “Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat” (Rm. 12:10).
Marilah kita menerapkan cara hidup tersebut, lewat sikap kita yang menghormati setiap orang yang kita jumpai dengan kasih Yesus.
Oleh: Dave Branon
Renungkan dan Doakan
Bagaimana Anda dapat menguatkan orang-orang yang berada dalam lingkup pengaruh Anda? Seperti apa bentuk rasa hormat yang Anda tunjukkan kepada orang lain?
Ya Allah, mampukanlah aku menunjukkan kasih dan kebaikan kepada mereka yang memerlukan perhatian dan bantuanku.
Amin...
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu...
WAWASAN
Daud bertanya tentang siapa yang masih tersisa dari keluarga Saul (raja Israel sebelumnya) supaya ia dapat “menunjukkan kepadanya kasih yang dari Allah” (2 Samuel 9:3) demi kawannya Yonatan, anak Saul. Kata yang diterjemahkan sebagai “kasih” adalah hesed dalam bahasa Ibrani, yang sering dipakai untuk menerangkan kasih dan kesetiaan Allah yang teguh dalam memenuhi janji-janji-Nya kepada umat-Nya. Dalam konteks inilah Daud menujukkan hesed, atau kesetiaan atas perjanjian, dengan memenuhi janji-janjinya kepada Yonatan, sahabatnya (1 Samuel 18:3; 20:42; 23:18). Kebaikan Daud menunjukkan integritasnya sebagai raja. Kiranya Allah menolong kita untuk menunjukkan kebaikan serupa kepada orang lain. –Monica La Rose
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread
Tidak ada komentar:
Posting Komentar