Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen. –Kisah Para Rasul 11:26
Baca: Kisah Para Rasul 11:19-26
“The Gathering” adalah sebuah gereja interdenominasi dan internasional di Thailand utara. Pada hari Minggu baru-baru ini, orang-orang percaya dari Korea, Ghana, Pakistan, Tiongkok, Bangladesh, Amerika Serikat, Filipina, dan negara-negara lain berkumpul dalam sebuah ruang konferensi hotel yang sederhana. Mereka menyanyikan pujian In Christ Alone dan I Am a Child of God dengan lirik-lirik yang sangat menyentuh dalam kondisi tersebut.
Tidak ada yang dapat menyatukan orang-orang seperti yang dilakukan Yesus. Dia bahkan sudah melakukannya sejak masa silam. Pada abad pertama, kota Antiokhia memiliki delapan belas kelompok etnis yang tinggal di bagian kota mereka masing-masing. Ketika orang percaya pertama kali datang ke Antiokhia, mereka memberitakan Injil “kepada orang Yahudi saja” (Kis. 11:19). Namun, itu bukan rencana Allah atas gereja-Nya. Tak lama kemudian, datang orang-orang percaya dari bangsa lain yang mulai “berkata-kata juga kepada orang-orang Yunani [bukan Yahudi] dan memberitakan Injil, bahwa Yesus adalah Tuhan,” sehingga “sejumlah besar orang menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan” (ay. 20-21 ). Penduduk kota itu memperhatikan bahwa Yesus menghapuskan permusuhan yang telah berlangsung berabad-abad antara orang Yahudi dan Yunani, dan mereka menyebut gereja multietnis itu sebagai “Kristen” atau “Kristus-Kristus kecil” (ay. 26).
Mungkin sulit bagi kita melintasi batas etnis, sosial, dan ekonomi untuk merangkul mereka yang berbeda dari kita. Namun, kesulitan inilah kesempatan kita. Jika tidak sulit, tentu kita tidak membutuhkan Yesus untuk melakukannya, dan bisa jadi tidak ada yang mengenali kita sebagai pengikut-Nya.
Oleh: Mike Wittmer
Renungkan dan Doakan
Mengapa rasanya sulit menjangkau mereka yang berbeda dari kita? Apa yang telah Yesus sediakan untuk menolong Anda melakukannya?
Tuhan Yesus, kiranya mereka tahu aku seorang Kristen, oleh karena kasih-Mu terpancar lewat hidupku.
Amin.....
Selamat pagi selamat beraktifitas tetap semangat, Gbu
WAWASAN
Murid-murid yang disebutkan dalam Kisah Para Rasul 11 bukanlah orang Yahudi. Merekalah yang disebut “orang Kristen” oleh orang Yunani sekuler. Kemungkinan istilah itu dipakai sebagai ejekan, dengan menyamakan iman mereka sebagai salah satu program partai politik, seperti Partai Augustus (pembela Kaisar Nero) atau Partai Pompeius (pembela Pompeius, jenderal Roma). Meski begitu, orang-orang percaya baru itu tetap memakai sebutan tersebut.
Namun, nama baru itu juga mengandung risiko. Orang percaya mula-mula mendapat perlindungan untuk bebas beribadah di bawah hukum Romawi, karena para penguasa percaya bahwa mereka hanyalah sebuah sekte Yudaisme. Namun, setelah orang-orang bukan Yahudi bergabung, dunia sekuler menganggap orang-orang percaya itu berbeda, sehingga “keamanan” umat pun terancam. Orang Yahudi dilindungi, tetapi orang Kristen tidak, seperti yang dialami Paulus dan para rasul di kemudian hari. Istilah “Kristen” memang menyatukan mereka, tetapi juga menjadikan mereka sasaran penganiayaan. –Jed Ostoich
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar