Jauhkanlah kekerasan dan aniaya, tetapi lakukanlah keadilan dan kebenaran. –Yehezkiel 45:9
Baca: Yehezkiel 45:9-10, 17-20
Tampaknya resolusi memang dibuat untuk dilanggar. Sejumlah orang mengolok-olok fakta ini dengan mengusulkan resolusi Tahun Baru yang, bisa dibilang, mudah dicapai. Berikut ini beberapa usul dari media sosial:
Melambai kepada sesama pengendara motor di lampu merah.
Mendaftar lomba maraton. Tanpa mengikuti perlombaannya.
Berhenti menunda-nunda, mulai besok.
Tersesat tanpa bantuan Waze.
Unfriend semua orang yang mengunggah kegiatan olahraganya.
Meski begitu, konsep “awal yang baru” bisa menjadi hal serius. Bangsa Yehuda yang terasing benar-benar membutuhkan awal yang baru. Saat memasuki dekade kedua dari tujuh puluh tahun masa pembuangan umat-Nya, Allah membangkitkan semangat baru kepada mereka melalui Nabi Yehezkiel. Dia berjanji, “Sekarang, Aku akan memulihkan keadaan Yakub” (Yeh. 39:25).
Namun, bangsa itu harus pertama-tama kembali ke dasar—kepada perintah-perintah yang Allah berikan kepada Musa delapan ratus tahun sebelumnya. Hal ini termasuk soal perayaan tahun baru. Bagi orang Yahudi kuno, tahun baru diawali pada awal musim semi (45:18). Tujuan utama perayaan mereka adalah untuk mengingat karakter Allah dan tuntutan-tuntutan-Nya. Allah berkata kepada para pemimpin, “Jauhkanlah kekerasan dan aniaya, tetapi lakukanlah keadilan dan kebenaran” (ay. 9), dan menegaskan perlunya kejujuran (ay. 10).
Pelajaran ini berlaku juga bagi kita. Iman kita harus disertai perbuatan, atau iman itu akan sia-sia (Yak. 2:17). Di tahun yang baru ini, saat Allah menyediakan semua yang kita butuhkan, marilah kita menghidupi iman kita dengan cara kembali ke dasar: “Kasihilah Tuhan, Allahmu,” dan “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mat. 22:37-39).
Oleh: Tim Gustafson
Renungkan dan Doakan
Menurut Anda, dalam hal apakah Anda perlu kembali ke dasar? Bagaimana Anda mempraktikkan hal tersebut di tahun yang baru ini?
Bapa, kiranya Roh-Mu menunjukkan bagaimana aku harus mengutamakan orang lain lebih daripada diriku sendiri. Mampukan aku mengasihi-Mu dengan segenap hatiku.
Amin...
Selamat pagi selamat beraktifitas tetap semangat, Gbu
WAWASAN
Nabi Yehezkiel (yang namanya berarti “Allah menguatkan”) adalah salah seorang nabi besar dalam Perjanjian Lama. Ia melayani di salah satu masa paling bergejolak dalam sejarah bangsa Israel. Nabi Yehezkiel memiliki pengetahuan luas tentang bait suci, kemungkinan karena dirinya keturunan imam (anak Busi, Yehezkiel 1:3). Sebagai manusia, hidup Yehezkiel tidak terlepas dari tragedi, karena ia termasuk orang Yahudi yang terbuang ke Babel (kemungkinan bersama Yoyakhin pada 597 SM), dan pernah kehilangan istrinya yang meninggal secara tiba-tiba (24:18). Pesan-pesan Yehezkiel sarat dengan simbolisme dan pengharapan apokaliptik, dan ini selaras dengan pesan-pesan Daniel, yang hidup sezaman dengannya (Daniel 7–12). Yehezkiel juga hidup sezaman dengan Yeremia. Selain menggunakan gambaran yang dramatis, tulisan-tulisan Yehezkiel juga ditandai dengan banyaknya bagian Pentateukh (Kejadian-Ulangan) yang dikutipnya. –Bill Crowder
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar