Hidupkanlah aku oleh karena nama-Mu, ya Tuhan, keluarkanlah jiwaku dari dalam kesesakan demi keadilan-Mu! –Mazmur 143:11
Baca: Mazmur 143
“Saya pernah mengalami masa kelam.” Lima kata itu menggambarkan penderitaan batin seorang pesohor wanita selama pandemi COVID-19. Menyesuaikan diri dengan kenormalan yang baru adalah salah satu tantangan yang dihadapinya, dan di tengah pergumulannya itu, ia mengaku bergulat dengan niat bunuh diri. Namun, upayanya untuk keluar dari situasi yang menjerumuskan itu terbantu ketika ia menceritakan pergumulannya kepada seorang teman yang mempedulikannya.
Kita semua rentan terhadap masa-masa yang penuh gejolak. Kekelaman dan kesukaran hidup bukanlah hal yang asing bagi kita, tetapi butuh perjuangan keras untuk bisa keluar dari sana. Terkadang, kita perlu meminta bantuan dari para ahli dalam bidang kesehatan mental.
Dalam Mazmur 143, kita mendengar sekaligus belajar dari doa Daud yang dipanjatkan pada salah satu masa terkelam dalam hidupnya. Situasi pastinya tidak diketahui, tetapi doanya kepada Allah begitu jujur dan penuh harapan. “Sebab musuh telah mengejar aku dan mencampakkan nyawaku ke tanah, menempatkan aku di dalam gelap seperti orang yang sudah lama mati. Semangatku lemah lesu dalam diriku, hatiku tertegun dalam tubuhku” (ay. 3-4). Bagi orang percaya, tidaklah cukup hanya mengakui apa yang sedang terjadi dalam diri kita kepada diri sendiri, teman-teman, atau ahli medis. Kita harus sungguh-sungguh datang kepada Allah dengan sepenuh hati, dalam doa-doa yang mencakup permohonan yang tulus, seperti yang kita baca dalam Mazmur 143:7-10 . Saat-saat kelam juga dapat menjadi waktu yang tepat untuk berdoa dengan sungguh-sungguh—memohonkan terang dan kehidupan yang hanya dapat diberikan oleh Allah sendiri.
Oleh: Arthur Jackson
Renungkan dan Doakan
Dalam masa-masa terkelam di hidup Anda, bagaimana respons Anda biasanya? Mengapa terasa sulit untuk jujur mengutarakan pergumulan Anda?
Ya Bapa, perbaruilah kekuatan dan pengharapanku di dalam Engkau. Ketika saat-saat kelam menerjang hidupku dan membuatku tertekan, mampukanlah aku untuk datang kepada-Mu di dalam doa.
Amin......
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu....
WAWASAN
Sejumlah ahli Alkitab terkemuka berteori bahwa Mazmur 143 ditulis ketika Daud melarikan diri dari kejaran anaknya, Absalom, yang memberontak dan berusaha keras merebut takhta sang ayah. Bagaimanapun keadaannya, jelas dari mazmur tersebut Daud merasa sangat terancam oleh musuh yang mematikan (ay. 3,7,9). Menariknya, Daud memohon kepada Allah: “Binasakanlah musuh-musuhku” (ay. 12). Apa yang mereka katakan tentang Daud? Jika memang benar orang Israel, saudara sebangsa Daud, yang berusaha memeranginya, mereka tentu ingat dosa-dosanya yang banyak, dan salah satunya pasti perzinaan yang terang-terangan dengan Batsyeba. Dosa-dosa itu menjadi makanan empuk bagi gosip jahat dan motivasi untuk bersekongkol menggulingkan sang raja. Kita pun bisa memahami perkataan Daud ini, “Janganlah beperkara dengan hamba-Mu ini, sebab di antara yang hidup tidak seorangpun yang benar di hadapan-Mu” (ay. 2). –Tim Gustafson
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Biro Infokom HKI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar