• Menyewa Teman?

    Untuk siapa aku berlelah-lelah dan menolak kesenangan? –Pengkhotbah 4:8


    Baca: Pengkhotbah 4:7-12


    Bagi banyak orang di dunia, hidup terasa semakin sepi. Jumlah warga Amerika Serikat yang tidak memiliki teman meningkat empat kali lipat sejak tahun 1990. Di beberapa negara Eropa, persentase penduduk yang kesepian naik 20%, sedangkan di Jepang sejumlah lansia sampai melakukan kejahatan agar dapat memiliki teman—sesama narapidana di sel penjara.


    Para pengusaha muncul dengan “solusi” untuk mengatasi epidemi kesepian ini—penyewaan teman. Orang-orang yang disewa per jam itu akan bertemu dengan Anda di kafe untuk mengobrol atau menemani Anda ke pesta. Salah seorang “teman sewaan” ini ditanya tentang identitas kliennya. “Pekerja kantoran usia 30-40 tahun yang kesepian,” katanya, “yang bekerja sampai malam dan tidak sempat menjalin banyak pertemanan.”


    Pengkhotbah pasal 4 menggambarkan seseorang yang sendirian, tanpa “anak laki-laki atau saudara laki-laki.” “Tidak henti-hentinya” ia bekerja, tetapi hatinya tak pernah puas dengan keberhasilannya (ay. 8). “Untuk siapa aku berlelah-lelah?” ia bertanya, seakan tersadar dari keadaannya yang malang. Jauh lebih baik menjalin hubungan dengan orang lain—mereka dapat meringankan beban pekerjaan dan memberi pertolongan saat kita berada dalam masalah (ay. 9-12). Karena, pada akhirnya, keberhasilan tanpa persahabatan adalah “kesia-siaan” (ay. 8).


    Pengkhotbah memberi tahu kita bahwa “tali tiga lembar tak mudah diputuskan” (ay. 12). Namun, tali seperti itu juga tidak dapat dijalin dalam waktu singkat. Karena sahabat sejati tidak bisa disewa, marilah kita menginvestasikan waktu yang dibutuhkan untuk menjalin hubungan persahabatan, dengan Allah sebagai lembar ketiga yang merajut erat persahabatan kita.


    Oleh: Sheridan Voysey


    Renungkan dan Doakan

    Bagaimana selama ini Anda menginvestasikan waktu dan upaya dalam menjalin persahabatan? Siapa yang dapat Anda sambut dalam lingkaran persahabatan Anda sekarang?


    Bapa, tolong aku menjadi sahabat yang baik dan setia bagi sesamaku.

    Amin.....

    Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu....


    WAWASAN

    Sebagian besar ahli Alkitab meyakini Kitab Pengkhotbah ditulis oleh Raja Salomo. Kitab itu dimulai dengan: “Inilah perkataan Pengkhotbah, anak Daud, raja di Yerusalem” (1:1). Para ahli yang meyakini Salomo sebagai penulis kitab ini memperkirakan kitab Pengkhotbah ditulis pada tahun-tahun terakhirnya sebagai raja (sekitar 940 SM), yaitu pada "era keemasan dari kebijaksanaan orang Israel", menurut istilah yang digunakan dalam Baker Encyclopedia of the Bible . Kitab ini menunjukkan betapa sia-sia atau hampanya cara pandang dunia yang tidak menyertakan Allah. Sang penulis menyimpulkan kitabnya, “Takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang. Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat” (12:13-14). Mengasihi dan menaati Allah adalah sasaran dan tujuan hidup orang percaya. Seperti yang diperlihatkan perikop hari ini, jika kita memiliki Allah sebagai lembar ketiga kita dalam setiap tali yang mengikat semua persahabatan dan hubungan kita, kita akan dapat berdiri teguh (4:12). –Alyson Kieda


    Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti 


    Our Daily Bread / BIRO INFOKOM HKI

  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Pematangsiantar, Sumatera Utara, Indonesia
Pengamat Sosial

Bertumbuh dalam Allah 2025-07-07

Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah. –2 Timotius 2:15 Baca: 2 Timotius 2:14-16, 22-26 Pada tahun-tahun pertamanya sebagai seora...

Halaman FB