Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu. –Kisah Para Rasul 2:4
Baca: Kisah Para Rasul 2:1-13
Ketika membahas buku mengenai Roh Kudus yang ditulis oleh Jürgen Moltmann, teolog Jerman yang berusia sembilan puluh empat tahun, seorang pewawancara bertanya: “Bagaimana Anda mengaktifkan Roh Kudus? Apakah bisa dengan obat? Apakah perusahaan farmasi bisa [menghadirkan Roh Kudus]?” Alis Moltmann yang lebat terangkat. Sambil menggeleng, ia menyeringai dan menjawab dalam aksen yang kental. “Apa yang bisa saya lakukan? Jangan lakukan apa-apa. Nantikanlah Roh Kudus, dan Roh Kudus akan datang.”
Moltmann menyoroti keyakinan kita yang keliru bahwa kekuatan dan kemahiran kita yang membuat segala sesuatu terjadi. Kisah Para Rasul mengungkapkan bahwa Allah sajalah yang dapat melakukan segala sesuatu. Lahirnya gereja mula-mula tidak ada hubungannya dengan strategi manusia atau kepemimpinan yang hebat. Bahkan, Roh Kudus datang “seperti tiupan angin keras” ke dalam sebuah ruangan berisi para murid yang ketakutan, tak berdaya, dan kebingungan (2:2). Kemudian, Roh meruntuhkan segala keunggulan etnis dengan mengumpulkan orang-orang yang saling bertentangan dalam satu komunitas baru. Para murid sendiri sangat terkejut menyaksikan apa yang Allah kerjakan dalam diri mereka. Apa pun yang terjadi bukanlah karena mereka yang mengusahakannya, melainkan “diberikan oleh Roh” (ay. 4).
Gereja—dan pekerjaan kita bersama di dunia ini—tidaklah ditentukan oleh apa yang dapat kita kerjakan. Kita sepenuhnya bergantung pada karya Roh Kudus semata. Ini membuat kita berani dan tenang. Pada hari ini, ketika kita merayakan Pentakosta, marilah kita menantikan Roh Kudus dan menanggapi karya-Nya.
Oleh: Winn Collier
Renungkan dan Doakan
Bagaimana Anda tergoda untuk bergantung pada upaya atau kegigihan Anda sendiri? Dalam hal apa Anda perlu menantikan karya Roh Kudus?
Ya Allah, aku sering dibuat frustrasi, karena merasa akulah yang harus mengupayakan segalanya. Roh Kudus, datang dan tolonglah aku.
Amin....
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu....
WAWASAN
Pentakosta, yang disebutkan di Kisah Para Rasul 2:1, selalu dirayakan oleh Israel lima puluh hari setelah Minggu pertama selepas Paskah Yahudi. Hari raya itu menjadi pusat ibadah Yahudi dan berlangsung selama Hari Raya Tujuh Minggu (lihat Imamat 23:15-21). Di bagian lain, hari raya itu disebut “hari raya menuai” (Keluaran 23:16) dan hari “panen pertama” (Bilangan 28:26 AYT). Pentakosta dalam Kisah Para Rasul 2 terjadi pada hari kelima puluh setelah kebangkitan Yesus. Penting bahwa Roh Kudus turun ke atas para rasul pada Hari Pentakosta. Merekalah “panen pertama” dari perjanjian baru yang sedang dikerjakan Allah lewat Anak-Nya, Yesus Kristus (“karunia sulung” di Roma 8:23). Pentakosta adalah contoh utama bagaimana Perjanjian Lama merujuk kepada Yesus dan karya-Nya bagi kita di atas kayu salib. –Tim Gustafson
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread / GEBADA HKI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar