Aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike. –2 Timotius 1:5
Baca: 2 Timotius 1:1-5
“Saya merasa begitu tidak berguna,” kata Harold. “Saya sudah duda dan pensiun. Sementara anak-anak sibuk dengan keluarga mereka masing-masing, saya menghabiskan hari demi hari yang sunyi dengan melamun.” Sering ia berkata kepada putrinya, “Ayah sudah tua dan sudah banyak makan asam garam. Tidak ada lagi yang kukejar dalam hidup ini. Allah boleh mengambil nyawaku kapan saja.”
Namun, pada suatu siang, sebuah percakapan mengubah pikiran Harold. “Hubungan tetangga saya dengan anak-anaknya cukup bermasalah, jadi saya mendoakannya,” kata Harold. “Kemudian, saya membagikan Injil kepadanya. Di saat itulah saya sadar bahwa hidup saya masih mempunyai tujuan! Selama masih ada orang yang belum mendengar tentang Yesus, saya harus memberi tahu mereka tentang Dia.”
Ketika Harold menanggapi pertemuan biasa yang terjadi sehari-hari dengan cara membagikan imannya, kehidupan sang tetangga pun berubah. Dalam 2 Timotius 1, Rasul Paulus menyebutkan nama dua wanita yang juga telah dipakai Allah untuk mengubah hidup orang lain, yakni kehidupan Timotius, rekan pelayanan Paulus yang masih belia. Lois, nenek Timotius, dan Eunike, ibunya, memiliki iman “yang tulus ikhlas” yang mereka wariskan kepadanya (ay. 5). Lewat peristiwa dan momen sehari-hari dalam sebuah keluarga yang sederhana, Timotius muda belajar mengenai iman murni yang membentuknya bertumbuh menjadi murid Yesus yang setia dan, akhirnya, pemimpin gereja di Efesus.
Berapa pun usia, apa pun latar belakang, atau bagaimanapun keadaan kita, hidup kita memiliki tujuan, yakni memberi tahu orang lain tentang Tuhan Yesus.
Oleh: Karen Huang
Renungkan dan Doakan
Siapa yang dapat Anda ajak untuk percaya kepada Tuhan Yesus? Kesempatan-kesempatan seperti apa yang akan Anda minta kepada Allah untuk dapat membagikan Injil kepada orang lain?
Tuhan Yesus, bukalah mata dan hatiku untuk memandang orang-orang di sekitarku yang perlu mendengar tentang kasih-Mu. Berilah aku kesempatan untuk membagikan Injil kepada mereka.
Amin....
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu....
WAWASAN
Allah telah memberi orangtua tanggung jawab untuk mengajarkan Kitab Suci kepada anak-anak mereka. Timotius datang dari keluarga dengan ayah bukan Yahudi dan ibu Yahudi (Kisah Para Rasul 16:1). Namun, oleh ibu dan neneknya ia diajari (2 Timotius 1:5) “Kitab Suci yang . . . menuntun [kita] kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus” (3:15).
Dalam Perjanjian Lama, Allah jelas menyatakan kepada Abraham dan Sara tentang tanggung jawab mereka sebagai orangtua. Setelah meyakinkan pasangan yang tidak mempunyai anak tersebut bahwa mereka akan segera mempunyai seorang anak laki-laki (Kejadian 18:10), Abraham harus memerintahkan “anak-anaknya dan . . . keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, dengan melakukan kebenaran dan keadilan” (ay. 19). Tugas dan hak istimewa orangtua untuk mengasuh anak ini kemudian diteguhkan oleh Hukum Taurat lewat perintah Allah kepada orangtua dan kakek-nenek untuk mengajarkan Kitab Suci kepada generasi berikutnya—“kepada anak-anakmu dan kepada cucu cicitmu” (Ulangan 4:9; lihat juga 6:7; Mazmur 78:3-6). –K.T. Sim
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread / GEBADA HKI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar