“Inilah roti yang diberikan Tuhan kepadamu menjadi makananmu.” –Keluaran 16:15
Baca: Keluaran 16:4-7, 13-17
Penduduk kota Olten, Swiss, dikejutkan oleh hujan serutan cokelat yang menyelimuti seluruh kota. Rupanya sistem ventilasi sebuah pabrik cokelat di dekat daerah itu rusak, sehingga serpihan cokelat pun terbang dan menghujani area itu. Hujan cokelat terdengar seperti mimpi yang menjadi kenyataan bagi para penggila cokelat!
Tidak seperti cokelat yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi seseorang, Allah memberikan hujan surgawi yang bergizi kepada umat Israel. Saat melintasi padang gurun, bangsa Israel mulai bersungut-sungut tentang berbagai makanan yang pernah mereka santap di Mesir. Menanggapi hal itu, Allah berkata bahwa Dia akan “menurunkan dari langit hujan roti” untuk memelihara hidup mereka (Kel. 16:4). Setiap hari, setelah embun pagi mengering, tinggallah suatu serpihan tipis yang dapat dimakan. Kurang lebih dua juta orang Israel diperintahkan untuk mengumpulkan sebanyak yang mereka butuhkan pada hari itu. Selama empat puluh tahun pengembaraan umat di padang gurun, pemeliharaan Allah yang ajaib dalam bentuk manna terus memelihara mereka.
Tidak banyak yang kita ketahui mengenai manna, kecuali “warnanya putih seperti ketumbar dan rasanya seperti rasa kue madu” (ay. 31). Meski mungkin kedengarannya tidak semenarik cokelat, manna menjadi bukti indahnya pemeliharaan Allah atas umat-Nya. Manna mengarahkan kita kepada Yesus, yang menyebut diri-Nya sebagai “roti hidup” (Yoh. 6:48) yang menopang kita setiap hari dan memberi kita jaminan hidup kekal (ay. 51).
Oleh: Kirsten Holmberg
Renungkan dan Doakan
Bagaimana cara Allah memelihara hidup Anda selama ini? Bagaimana kebenaran tentang Yesus sebagai “Roti hidup” mendorong Anda untuk semakin percaya kepada-Nya?
Allah Bapa, terima kasih, karena Engkau menyediakan kebutuhan terbesarku di dalam Yesus dan setia memeliharaku setiap hari.
Amin......
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu.....
WAWASAN
Setelah menyeberangi Laut Teberau, yang merupakan babak terakhir pembebasan mereka dari Mesir, bangsa Israel pun melangkah menuju Sinai. Elemen-elemen dalam transisi itu mencakup nyanyian pujian di Laut Teberau (15:1-21), penyucian air pahit di Mara (ay. 22-27), pemeliharaan Allah berupa manna dan burung puyuh (ps. 16) dan air dari gunung batu (17:1-7), peperangan melawan bangsa Amalek (ay. 8-16), pembagian kepemimpinan atas saran Yitro (ps. 18), dan tibanya mereka di Sinai (ps. 19). Di Sinai, Allah memperkenalkan diri-Nya kembali kepada umat pilihan-Nya, dan bangsa Israel kemudian beralih dari sebuah keluarga besar menjadi sebuah bangsa yang mempunyai hukum. –Bill Crowder
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread / GEBADA HKI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar