Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. –Yohanes 13:15
Baca: Yohanes 13:6-17
Charley dan Jan merayakan ulang tahun pernikahan mereka yang kelima puluh dengan menikmati sarapan bersama di sebuah kafe bersama anak mereka, Jon. Namun, pada hari itu, kafe tersebut sedang kekurangan staf. Hanya ada seorang manajer, juru masak, dan gadis muda yang merangkap sebagai penerima tamu, pelayan meja, sekaligus tukang bersih-bersih. Selesai sarapan, Charley menoleh kepada istri dan anaknya, lalu bertanya, “Apakah kalian punya acara penting selama beberapa jam ke depan?” Istri dan anaknya menjawab tidak.
Lalu, atas seizin manajer kafe, Charley dan Jan membantu mencuci piring di belakang, sementara Jon membersihkan meja. Bagi Jon sendiri, apa yang mereka lakukan bukanlah sesuatu yang luar biasa. Orangtuanya selalu memberi contoh bagaimana mengikuti teladan Yesus yang “datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani” (Mrk. 10:45).
Dalam Yohanes 13, kita membaca tentang perjamuan terakhir yang Yesus nikmati bersama murid-murid-Nya. Malam itu, Sang Guru mengajari mereka prinsip kerendahan hati dalam pelayanan dengan cara membasuh kaki mereka yang kotor (ay. 14-15). Jika Dia saja bersedia melakukan pekerjaan kotor dengan mencuci kaki murid-murid-Nya, mereka juga wajib melayani sesama dengan penuh sukacita.
Bentuk pelayanan kita mungkin berbeda-beda, tetapi ada satu yang sama: ada sukacita yang besar dalam pelayanan. Pelayanan bukanlah dimaksudkan untuk memberikan pujian bagi yang melakukannya, melainkan untuk melayani sesama dalam kasih, seraya mempersembahkan segala pujian kepada Allah kita yang rendah hati dan rela berkorban.
Oleh: Cindy Hess Kasper
Renungkan dan Doakan
Pernahkah seseorang tiba-tiba menawarkan bantuannya, saat Anda sedang menghadapi tugas yang sulit? Mengapa kerendahan hati menjadi aspek penting dalam melayani sesama?
Penebus yang Mahakasih, terima kasih, karena Engkau telah menunjukkan padaku bagaimana menjadi seorang hamba.
Amin....
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu....
WAWASAN
Petrus sering salah paham tentang maksud Yesus. Salah satunya adalah ketika Yesus mulai mencuci kaki murid-murid-Nya (Yohanes 13:6-9). Di awal Kitab Yohanes, Petrus mengakui bahwa hanya Yesus yang memiliki perkataan hidup yang kekal (6:68-69), tetapi sering kali ia tidak percaya pada perkataan-Nya. Petrus percaya bahwa ia dapat mengikuti jalan penderitaan yang akan dilalui oleh Yesus (13:36-37). Ia bahkan mengira bahwa Kristus ingin untuk merebut kekuasaan secara militer dan ia sendiri mulai mengayunkan pedang (18:10-11). Kemudian Petrus pun menyangkal Guru dan sahabatnya itu (ay. 15-27).
Namun, dalam setiap kejadian tersebut, Yesus dengan lemah lembut menunjukkan kasih kepada Petrus sebagai sahabat-Nya. Pada akhirnya, Yesus memberikan pemulihan dan pengharapan kembali kepada Petrus (21:15-19). –Jed Ostoich
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread
Tidak ada komentar:
Posting Komentar