Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan. –Wahyu 14:13
Baca: Yesaya 22:15-24
Penyair Irlandia, W.B. Yeats, ingin dimakamkan “Di Bawah Ben Bulben”, sebuah gunung megah berpuncak datar yang dijadikan salah satu judul puisi terakhirnya. Baris terakhir puisi tersebut terukir pada batu nisannya: “Menatap dingin / pada kehidupan, pada kematian. / Penunggang kuda, lewatlah!”
Banyak spekulasi bermunculan mengenai arti puisi ini. Kemungkinan itu merupakan pengakuan sang penyair tentang realitas kehidupan sekaligus kematian. Keinginan Yeats soal tempat ia dimakamkan dan apa yang ditulis pada batu nisannya memang terwujud. Namun, kenyataan pahitnya adalah bahwa hidup ini terus berjalan tanpa kita dan masa bodoh dengan kepergian kita.
Dalam masa yang sulit dalam sejarah Yehuda, seorang pengurus istana bernama Sebna membuat makam bagi dirinya sendiri untuk memastikan warisannya tetap terpelihara setelah kematian. Namun, melalui Nabi Yesaya, Allah memberitahunya, “Sangkamu engkau ini siapa? Apa hakmu sehingga engkau memahat kuburan bagimu di bukit batu?” (Yes. 22:16 BIMK). Sang nabi berkata pada Sebna, “[Allah] akan membuang engkau jauh-jauh. Engkau akan Kucekam dan Kugulung-gulung lalu Kugulingkan seperti bola ke negeri yang besar. Di sana engkau akan mati” (ay. 17-18 BIMK).
Sebna telah gagal menangkap maksud Allah. Yang penting bukanlah di mana kita dikuburkan, melainkan siapa yang kita layani. Mereka yang melayani Yesus memiliki penghiburan yang tak terhingga: “Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan” (Why. 14:13). Kita melayani Allah yang tidak pernah masa bodoh dengan “kepergian” kita. Dia menanti-nantikan kedatangan kita untuk menyambut kita pulang!
Oleh: Tim Gustafson
Renungkan dan Doakan
Apa yang ditunjukkan hidup Anda tentang siapa yang Anda layani? Bagaimana Anda ingin dikenang orang lain setelah kepergian Anda?
Bapa di surga, tolonglah aku untuk menjalani kehidupanku, dengan menanti-nantikan waktu yang akan kujalani bersama-Mu dalam kekekalan.
Amin...
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu....
WAWASAN
Yesaya 22 mengandung peringatan terhadap Sebna, pengurus istana, sebab ia yakin akan sanggup memenuhi keperluannya sendiri (ay. 15-19). Allah berkata bahwa Dia akan menggantikannya dengan seseorang yang mengandalkan-Nya: “Aku akan melemparkan engkau dari jabatanmu, dan dari pangkatmu engkau akan dijatuhkan. . . . Aku akan memanggil hamba-Ku, Elyakim bin Hilkia . . . Aku akan mengenakan jubahmu kepadanya dan ikat pinggangmu akan Kuikatkan kepadanya, dan kekuasaanmu akan Kuberikan ke tangannya” (ay. 19-21). Ketika kita berjumpa dengan kedua individu ini lagi, Elyakim disebut sebagai kepala istana dan Sebna disebut panitera atau sekretaris negara. (36:3,22; 37:2). –J.R. Hudberg
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread
Tidak ada komentar:
Posting Komentar