Akulah Tuhan, yang menguduskan mereka. –Imamat 22:9
Baca: Imamat 22:1-9
Setelah mengunjungi pameran patung keramik kelas dunia di sebuah museum seni, saya diundang untuk membuat sebuah wadah kecil dari tanah liat yang mudah mengering. Saya menghabiskan waktu dua jam untuk membuat sebuah mangkuk kecil, mengukir pola, dan melukisnya. Hasil kerja keras saya cukup mengecewakan: sebuah mangkuk mungil yang buruk rupa dengan warna yang tidak merata. Yang pasti, hasilnya tidak pantas untuk dipamerkan di museum mana pun.
Berusaha memenuhi standar yang tinggi bisa terasa menakutkan. Para imam Israel mengalaminya saat mereka berusaha mengikuti perintah Allah untuk tetap tahir (Im. 22:1-8), ditambah lagi menaati instruksi-instruksi lain tentang persembahan kurban (ay. 10-33). Pelayanan para imam tersebut haruslah kudus—dipisahkan atau dikhususkan—tetapi meski sudah berusaha sebaik mungkin, mereka sering kali gagal. Itulah sebabnya Allah sendiri yang akhirnya memikul tanggung jawab atas kekudusan mereka. “Akulah Tuhan, yang menguduskan [para imam],” kata-Nya berulang kali kepada Musa (22:9,16,32).
Yesus adalah Imam Besar kita yang sempurna, dan Dialah satu-satunya yang menyediakan kurban persembahan yang murni dan layak bagi penebusan dosa lewat kematian-Nya di kayu salib. Dia berdoa, “Aku menguduskan diri-Ku bagi [murid-murid-Ku], supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran” (Yoh. 17:19). Ketika upaya kita untuk hidup benar terasa seperti membuat mangkuk mungil yang tidak layak digunakan, kita dapat percaya kepada karya sempurna yang telah Yesus genapi dan mengandalkan kuasa Roh Kudus untuk menjalani hidup bagi-Nya.
Oleh: Karen Pimpo
Renungkan dan Doakan
Dalam hal apa ketidakkudusan membuat Anda frustrasi? Bagaimana Tuhan Yesus telah menggenapi tuntutan atas kesempurnaan tersebut?
Tuhan Yesus, aku sungguh bersyukur, karena kebenaran diriku bergantung pada-Mu! Terima kasih, karena Engkau telah menguduskanku.
Amin.....
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu...
WAWASAN
Kitab Imamat dinamai demikian karena berfokus pada segala pekerjaan dan tugas imam-imam Israel. Imam-imam ini datang dari suku Lewi. Harun, seorang Lewi, adalah imam besar Israel yang pertama. Firman dalam kitab ini diberikan ketika bangsa Israel berkemah di kaki Gunung Sinai, dan hukum Imamat menjadi dasar sekaligus struktur bagi praktik dan ibadah agama Yahudi hingga berabad-abad kemudian. –Bill Crowder
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread
Tidak ada komentar:
Posting Komentar