Selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikit pun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu. –Galatia 4:1
Baca: Galatia 4:1-7
Ketika orang tua Abigail meninggal dunia secara tragis dalam sebuah kecelakaan mobil, ia mewarisi sekumpulan aset investasi perumahan dalam jumlah besar. Ia juga mengetahui bahwa orang tuanya telah menempatkan aset tersebut di bawah perwalian. Jadi, untuk sementara waktu, ia hanya dapat mengakses sejumlah besar uang yang cukup untuk biaya kuliahnya. Sisa uang itu akan diperolehnya pada saat ia sudah lebih dewasa. Meski sempat merasa frustrasi, Abigail akhirnya menyadari kebijaksanaan orang tuanya dalam merencanakan pemberian warisan itu secara bertahap.
Dalam Galatia 4, Paulus menggunakan contoh serupa untuk menggambarkan situasi Israel sebagai ahli waris dari perjanjian Allah dengan Abraham. Allah telah membuat perjanjian dengan Abraham untuk memberkatinya, dan sunat merupakan tanda dari janji itu (lihat Kej. 17:1-14). Akan tetapi, tanda itu bukanlah janji itu sendiri. Keturunan Abraham perlu menantikan keturunan di masa depan yang akan menggenapinya. Ishak pun lahir dan hal ini menunjuk kepada kelahiran seorang Putra yang akan menebus umat Allah di masa mendatang (Gal. 5:4-5).
Bangsa Israel, seperti halnya Abigail, harus menunggu sampai “pada saat yang telah ditentukan oleh bapanya” (ay. 2). Hanya pada saat itulah Israel dapat memiliki warisan tersebut sepenuhnya. Apa yang mereka inginkan dengan segera kelak akan tiba pada waktunya dengan kematian, penguburan, dan kebangkitan Yesus. Semua orang yang beriman kepada Kristus tidak lagi menjadi budak dosa, “melainkan anak [Allah]” (ay. 7). Sebuah perjanjian baru telah ditetapkan. Kita memiliki akses kepada Allah! Kita dapat memanggil-Nya “ya Abba, ya Bapa!” (ay. 6).
Oleh: Matt Lucas
Renungkan dan Doakan
Jika Anda mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, bagaimana status Anda tidak lagi sebagai budak dosa, melainkan anak Allah? Apa artinya bagi Anda untuk mengenal Allah sebagai Bapa?
Bapa yang penuh kasih, terima kasih, karena Engkau telah mengutus Putra-Mu ke dunia untuk mengatasi masalah dosa.
Amin....
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu....
WAWASAN
Kata Yunani huiothesia hanya muncul lima kali sepanjang Perjanjian Baru (dan hanya digunakan oleh Paulus). Kata yang diterjemahkan sebagai “diterima menjadi anak” di Galatia 4:5 (“pengangkatan sebagai anak” versi AYT) ini sarat dengan makna. Huiothesia berasal dari gabungan kata huios (“anak lelaki”) dan thesia (“menempatkan”). Pengangkatan anak terjadi ketika seorang anak (yang pada masa kuno hampir selalu anak lelaki) ditempatkan dalam sebuah keluarga yang tak punya penerus atau ahli waris. Anak yang diangkat tersebut mendapat keistimewaan, hak, dan tanggung jawab di dalam keluarga. Paulus menggunakan istilah pengangkatan atau diterima, tetapi konsep menjadi anggota keluarga juga dapat ditemukan dalam tulisan Yohanes: “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah. . . . Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya” (1 Yohanes 3:1-2). –Arthur Jackson
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread
Tidak ada komentar:
Posting Komentar