Inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa. –Matius 26:28
Baca: Matius 26:26-29
Aristoteles berkata bahwa tidak seorang pun dapat bersahabat dengan dewa. Mengapa? Karena persahabatan membutuhkan kesetaraan, dan dewa mana yang mau turun dari status surgawi mereka untuk menjadi setara dengan manusia yang hina?
Saya bertanya-tanya apa yang akan dilakukan Aristoteles jika ia hadir pada Perjamuan Terakhir (Mat. 26:26-35). Karena di sana, Yesus—Pencipta segala sesuatu, yang meninggalkan status surgawi-Nya untuk menjadi manusia yang hina (Flp. 2:6-8; Kol. 1:16)— mengatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Dia tidak lagi menyebut mereka sebagai hamba, melainkan sahabat (Yoh. 15:15).
Aristoteles juga pasti akan terheran-heran melihat siapa saja yang duduk di sekitar meja itu. Ada Matius, si pemungut cukai yang bekerja untuk penguasa Romawi; ada Simon, orang Zelot yang anti Romawi (Mat. 10:3-4); ada pula Yakobus dan Yohanes, “anak-anak guruh” (Mrk. 3:17) yang duduk bersama Filipus yang pendiam. Saya membayangkan Aristoteles memandang dengan penuh tanya saat Yesus menggambarkan roti dan anggur sebagai “tubuh” dan “darah”-Nya, yang dipecahkan dan ditumpahkan untuk “pengampunan dosa” (Mat. 26:26-28). Dewa mana yang rela mati untuk manusia fana, bahkan mereka yang akan segera kabur meninggalkan-Nya (ay. 56)?
Itulah salah satu alasan mengapa Perjamuan itu sangat dalam maknanya. Melalui Yesus Kristus, Allah menjadi sahabat manusia, dan memungkinkan persahabatan terjalin di antara orang-orang yang memiliki perbedaan pandangan politik dan temperamen. Saat kita makan dan minum dalam Perjamuan Kudus, kita merayakan Dia yang mendefinisikan ulang arti persahabatan, baik antar manusia maupun antara Allah dan kita.
Oleh: Sheridan Voysey
Renungkan dan Doakan
Apa lagi yang dilakukan Yesus untuk mendefinisikan ulang arti persahabatan? Bagaimana teladan-Nya dapat menolong Anda untuk bersahabat dengan mereka yang berbeda hari ini?
Tuhan Yesus, terima kasih, karena Engkau menjadikanku sahabat Allah dan juga sahabat bagi sesamaku.
Amin
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu
WAWASAN
Kristus memerintahkan para pengikut-Nya untuk mengingat kematian-Nya yang menjamin pengampunan atas dosa (Matius 26:26-30; 1 Korintus 11:23-26). Dengan mengikuti Perjamuan Kudus, orang percaya menyantap roti dan meminum anggur sebagai lambang nyata dari kematian-Nya.
Dalam 1 Korintus 11:24-25, Paulus mengajarkan bagaimana seharusnya jemaat merayakan Perjamuan Kudus. Jemaat Korintus telah melakukannya dengan cara yang keliru, dan karena itu layak mendapat teguran (1 Korintus 11:17-22). Sikap mereka jauh dari teladan Kristus: ada kabar “perpecahan di antara [mereka]” (ay. 18), ketidakpedulian kepada sesama, dan suka mementingkan diri sendiri (ay. 19-22). Paulus menegur kesalahan-kesalahan mereka dengan tegas, “Apabila kamu berkumpul, kamu bukanlah berkumpul untuk makan perjamuan Tuhan” (ay. 20).
Pengajaran Paulus berikutnya menekankan betapa seriusnya kesalahan mereka dalam melakukan peringatan tersebut (ay. 23-24). Perjamuan Kudus perlu terus menjadi pengingat bahwa melalui pengorbanan Yesus, Allah menjadi sahabat kita dan Dia juga dapat memampukan kita untuk saling mengasihi. –Arthur Jackson
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread
Tidak ada komentar:
Posting Komentar