• Meratap kepada Allah 2025-09-11

    Lihatlah, ya Tuhan, karena aku dalam kesesakan. Batinku gelisah, dan hatiku bergejolak di dalam diriku. –Ratapan 1:20 (AYT)

    Baca: Ratapan 1:20-22

    Awalnya saya melihat-lihat pameran pembuka dari Monumen Peringatan & Museum 9/11 (11 September) di kota New York dengan penuh rasa ingin tahu dan emosi yang stabil. Namun, perasaan itu berubah ketika saya memasuki area pameran bagian dalam, yang tertutup bagi anak-anak dan mereka yang tidak ingin melihat tampilan yang sangat memilukan. Ketika saya menyaksikan cerita demi cerita tentang kepedihan dan kehilangan, saya bisa merasakan hati saya ikut meratap.

    Ketika kita menyaksikan atau mengingat kehancuran dan penderitaan yang begitu rupa, kita dapat meratap bersama orang-orang yang menyuarakan kesesakan mereka kepada Allah. Itu termasuk kata-kata pilu yang kita baca dalam Kitab Ratapan, yang diyakini oleh banyak ahli sebagai tulisan Nabi Yeremia setelah kehancuran Yerusalem. Dalam syair yang sangat terstruktur itu, sang nabi menyerukan kesedihan dan dukacitanya atas penderitaan umat Allah. “Lihatlah, ya Tuhan, karena aku dalam kesesakan. Batinku gelisah, dan hatiku bergejolak di dalam diriku” (Rat. 1:20 AYT). Meski demikian, ia memandang kepada Allah sebagai hakim yang sungguh adil, karena tahu bahwa hanya Dia yang sanggup mengatasi segala dosa dan kehancuran: “Biarlah semua kejahatan mereka sampai ke hadapan-Mu” (ay. 22 AYT).

    Seruan kepada Allah yang diutarakan dengan jujur seperti itu dapat membantu kita untuk mencoba memahami tindakan kekejaman yang menyakitkan seperti yang terjadi pada 11 September 2001, atau perbuatan jahat lainnya yang terjadi saat ini. Kita dapat berharap kepada Allah untuk menerima pertolongan, pengharapan, penghiburan, dan keadilan.

    Oleh: Amy Boucher Pye

    Renungkan dan Doakan

    Ketika Anda menyaksikan segala kejahatan yang berlangsung, bagaimana Anda dapat menjaga kelembutan hati Anda di hadapan Allah? Bagaimana Dia dapat menuntun Anda untuk berdoa bagi orang-orang yang menderita hari ini?

    Allah, sumber kebenaran dan kasih, aku tahu bahwa hati-Mu sedih menyaksikan penderitaan manusia di dunia. Lingkupilah aku dengan anugerah dan belas kasih-Mu, serta sembuhkanlah luka-lukaku.

    Amin....

    Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu 

    WAWASAN

    Ketika memikirkan tentang ratapan dalam Alkitab, dalam benak kita mungkin langsung terlintas sosok Yeremia—yang dikenal sebagai “nabi yang menangis” (lihat Yeremia 9:1). Namun, ia bukan satu-satunya tokoh yang meratap dalam Kitab Suci. Ayub, Daud, dan bahkan Yesus juga mengekspresikan kesedihan mereka secara mendalam.

    Dalam Ratapan 1:20–22, Nabi Yeremia mengungkapkan betapa berat dan pedih penderitaannya, terutama melalui kata-kata yang ia tuliskan. Ratapan itu lahir dari rasa kehilangan yang begitu dalam dan kuat, sehingga ekspresinya terasa tak biasa. Ia berseru, “Ya, TUHAN, lihatlah, betapa besar ketakutanku, betapa gelisah jiwaku” (ay. 20). Keadaannya begitu berat hingga ia menyuarakan “keluh kesah[nya]” (ay. 21).

    Ratapan menjadi ungkapan yang tepat bagi mereka yang berhadapan langsung dengan luka dan kondisi penyebabnya. Di tengah penderitaan, kita diundang Allah untuk menyampaikan ratapan kita dengan jujur dalam doa dan penyembahan kepada-Nya. –Arthur Jackson

    Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti 

    Our Daily Bread

  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Pematangsiantar, Sumatera Utara, Indonesia
Pengamat Sosial

Meratap kepada Allah 2025-09-11

Lihatlah, ya Tuhan, karena aku dalam kesesakan. Batinku gelisah, dan hatiku bergejolak di dalam diriku. –Ratapan 1:20 (AYT) Baca: Ratapan 1:...

Halaman FB