Bangunlah, bawalah Anak itu dengan ibu-Nya mengungsi ke Mesir. –Matius 2:13 (BIMK)
Baca: Matius 2:13-15
Pada tahun 1947, dengan bubarnya Kemaharajaan Britania di India, lebih dari 15 juta orang bermigrasi karena alasan keagamaan. Pergolakan ini diperburuk oleh banjir musim hujan dan penyebaran penyakit. Pada masa itu, lebih dari satu juta orang pengungsi meninggal dunia.
Sepanjang sejarah, manusia telah bermigrasi demi mencari kebebasan, keamanan, atau kehidupan yang lebih baik. Dorongan untuk berpindah memiliki akar kuat dalam sejarah manusia. Contoh paling terkenal dalam Kitab Suci adalah kisah perjalanan bangsa Israel keluar dari Mesir menuju tanah perjanjian. Migrasi juga bukan hal asing bagi Yesus. Saat masih bayi, Dia dilarikan orangtua-Nya ke Mesir untuk dilindungi dari kekejaman Herodes. Ironisnya, seperti bangsa Israel lari ke tanah perjanjian (Kel. 3:17) demi menyelamatkan diri dari raja yang membunuh para bayi laki-laki (1:16), Yusuf diperintahkan membawa Yesus “dengan ibu-Nya mengungsi ke Mesir” untuk melarikan diri dari seorang tiran yang melakukan hal serupa (Mat. 2:13 BIMK; lihat ay. 16-18).
Matius mengatakan bahwa perjalanan tersebut dilakukan untuk menggenapi nubuat di Hosea 11:1, yang menyatakan: “Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku” (Mat. 2:15). Namun, hal itu juga menjadi pengingat bahwa Kristus memahami pengalaman hidup manusia (Ibr. 4:15). Kita memiliki Juruselamat yang mengenal kita dan pernah mengalami cobaan serta kesengsaraan yang sama dengan yang kita alami. Oleh karena itu, kita dapat mencari wajah-Nya pada masa-masa sulit. Dia senantiasa mendengarkan dan mendoakan kita (Ibr. 4:14-16).
Oleh: Matt Lucas
Renungkan dan Doakan
Bagaimana pengalaman migrasi telah berpengaruh bagi Anda sendiri? Bagaimana kisah Yesus dapat membawa penguatan bagi mereka yang harus mengungsi demi kebebasan atau keamanan?
Ya Bapa, kumohon, lindungilah orang-orang yang terpaksa mengungsi atau bermigrasi demi keamanan mereka.
Amin
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu
WAWASAN
Injil Matius menyoroti kesejajaran antara kedatangan Yesus dan penyelamatan Allah atas umat-Nya dari perbudakan di Mesir. Dalam Kitab Keluaran, Firaun yang kejam merasa terancam oleh potensi pemberontakan orang Israel, sehingga ia memerintahkan agar semua bayi laki-laki Yahudi dibunuh (Keluaran 1:16,22). Namun, lewat serangkaian peristiwa yang ajaib, Musa selamat dari pembunuhan itu (2:1-10).
Demikian pula, dalam Injil Matius, Raja Herodes merasa terancam oleh nubuatan tentang kelahiran seorang raja baru (2:2-3). Ia berusaha menemukan sang anak yang dinubuatkan melalui orang-orang majus (ay. 7-8). Ketika rencana itu gagal (ay. 12), Herodes memerintahkan pembunuhan terhadap semua bayi laki-laki berusia di bawah dua tahun (ay. 16-18). Yesus dan keluarganya selamat dengan menyingkirkan diri ke Mesir (ay. 13-15).
Kesejajaran antara peristiwa di Keluaran dan kelahiran Yesus menunjukkan bahwa Yesus adalah Musa yang baru, yang memahami bagaimana rasanya harus menyingkir untuk menyelamatkan diri. Dia mengerti apa yang kita alami sebagai manusia, dan karena itu, kita dapat mempercayai-Nya di tengah masa-masa sulit yang kita alami. –Monica La Rose
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread

Tidak ada komentar:
Posting Komentar