• Sindrom Penipu 2025-11-20

    Janganlah merasa diri lebih tinggi dari yang sebenarnya. Hendaknya kalian menilai keadaan dirimu dengan rendah hati. –Roma 12:3 (BIMK)

    Baca: Roma 12:3-8

    Apakah Anda pernah merasa seperti penipu? Jika ya, Anda tidak sendiri! Di akhir dekade 1970-an, dua peneliti menyebut “sindrom penipu” sebagai sebuah kondisi ketika seseorang meragukan keahlian, bakat, atau kemampuannya sendiri dan menganggap dirinya sendiri sebagai penipu. Orang-orang yang sukses dan cemerlang sekalipun bisa bergumul dengan perasaan tidak layak. Mereka khawatir apabila orang melihat lebih jauh ke dalam kehidupan mereka, mereka akan dapat melihat betapa banyak yang sebenarnya tidak mereka ketahui.

    Paulus mendorong jemaat di Roma pada abad pertama untuk bersikap rendah hati: “Janganlah merasa diri lebih tinggi dari yang sebenarnya. Hendaknya kalian menilai keadaan dirimu dengan rendah hati” (Rm. 12:3 BIMK). Kita mungkin tahu pentingnya kita tidak membesar-besarkan kemampuan kita yang sebenarnya. Namun, ketika kita meragukan nilai diri kita, kita justru bertindak terlalu jauh, sampai memadamkan karunia dari Allah yang Dia ingin kita gunakan untuk melayani-Nya dan memberkati orang lain. Menilai diri kita “dengan rendah hati” (ay. 3) berarti mempunyai pertimbangan yang masuk akal—suatu pandangan yang realistis—tentang apa yang dapat kita berikan. Paulus mendorong kita untuk mengatasi keragu-raguan kita, untuk menerima diri kita apa adanya “menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada [kita] masing-masing” (ay. 3). Dengan demikian, tubuh Kristus yang terdiri dari beragam orang percaya dapat dibangun (ay. 4-8).

    Daripada merendahkan pemberian diri kita dengan sindrom penipu, marilah menerima apa yang telah Allah karuniakan di dalam diri kita. Ketika kita menerima anugerah-Nya dengan penuh syukur, kita tidak akan menilai diri kita terlalu tinggi atau terlalu rendah. Dengan sikap itu, kita dapat menyenangkan Bapa kita di surga dan menjadi berkat bagi saudara-saudari seiman.

    Oleh: Elisa Morgan

    Renungkan dan Doakan

    Dalam hal apa Anda bergumul dengan sindrom penipu? Bagaimana Allah menumbuhkan iman Anda untuk mengatasinya?

    Ya Allah, tolonglah aku untuk melihat diriku sebagaimana Engkau melihatku, sesuai dengan ukuran iman yang Engkau berikan.

    Amin 

    Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu 

    WAWASAN

    Seruan Paulus agar kita “jujur dalam menilai diri sendiri” (Roma 12:3 FAYH) tentang kemampuan dan karunia kita ini dikemukakan sebelum ia menggambarkan jemaat Kristus sebagai “satu tubuh [yang] mempunyai banyak anggota” (ay. 4). Semua yang kita miliki adalah pemberian dari Allah, termasuk iman (ay. 3) dan beragam karunia untuk melayani (ay. 6-8). Kesadaran diri yang sehat berarti menilai secara seimbang: tidak terlalu rendah, karena kita diciptakan menurut gambar Allah dan telah ditebus oleh Putra-Nya yang mati bagi kita; dan tidak terlalu tinggi, karena semua karunia dan kemampuan berasal dari-Nya. Allah memperlengkapi setiap orang percaya untuk melayani Dia dan sesama.

    Namun, pelayanan tidak dilakukan secara individual, melainkan harus dikerjakan bersama sebagai satu tubuh. Kebergantungan ini membutuhkan kasih yang tulus, seperti yang ditekankan sang rasul, “Kasihilah dengan ikhlas” (ay. 9 BIMK). Ketika menerima kasih karunia Allah, kita mulai melihat diri kita sebagaimana Allah melihat kita—dan kita pun “saling mengasihi dengan sepenuh hati [dan] berusaha menghormati semua saudara seiman melebihi diri sendiri” (ay. 10 TSI). –Tim Gustafson

    Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti 

    Our Daily Bread

  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Pematangsiantar, Sumatera Utara, Indonesia
Pengamat Sosial

Siapakah Sesamaku Manusia? 2025-12-16

Pergilah, dan perbuatlah demikian! –Lukas 10:37 Baca: Lukas 10:25-34, 36-37 Dari ranjang rumah sakitnya, wajah Marie Coble berseri-seri meny...

Halaman FB