Siapa berjalan bersama orang berhikmat menjadi berhikmat, tetapi kawan orang bodoh akan menderita kemalangan. –Amsal 13:20 (AYT)
Baca: Galatia 5:7-10
Suatu hari di gym, istri saya bergabung dengan para pejalan kaki yang mengikuti aturan berjalan searah jarum jam. Tiba-tiba, seorang perempuan melangkah masuk ke lintasan dan berjalan berlawanan arah. Beberapa temannya menyusul, dan tak lama kemudian orang-orang lain mengikuti. Lintasan yang semula tertib pun berubah menjadi kacau. Butuh beberapa menit untuk mengembalikan keteraturan dan memastikan semua kembali ke arah yang benar.
Meski pejalan kaki yang melawan arah itu tidak berniat buruk, saya pun terpikir tentang dampak dari pengaruh. Seseorang yang salah arah dapat mempengaruhi seorang yang lain untuk mengikutinya, hingga kemudian lebih banyak orang lagi. Ini mengingatkan saya pada Amsal 13:20: “Siapa berjalan bersama orang berhikmat menjadi berhikmat, tetapi kawan orang bodoh akan menderita kemalangan” (AYT). Mengikuti orang yang salah arah dapat membawa kita pada masalah.
Dalam Galatia 5, Paulus mengingatkan bagaimana kesalahan tersebut dapat menghambat kemajuan rohani. “Dahulu kamu berlomba dengan baik,” katanya. “Siapakah yang menghalang-halangi kamu, sehingga kamu tidak menuruti kebenaran lagi? Ajakan untuk tidak menurutinya lagi bukan datang dari Dia, yang memanggil kamu” (ay. 7-8). Allah, yang menghendaki ketaatan, tidak pernah membawa kita menjauhi kebenaran atau “mengacaukan pikiran” (ay. 10 BIMK). Justru, mereka yang menentang kebenaran-Nya dapat menghambat perjalanan iman kita dengan menjauhkan kita dari-Nya.
Allah rindu menuntun dan membimbing kita. Ketika kita berjalan bersama-Nya, arah kita tidak akan melenceng.
Oleh: Dave Branon
Renungkan dan Doakan
Dalam situasi apa saja Anda sempat membiarkan seseorang menjauhkan Anda dari Allah? Apa yang Anda lakukan untuk berbalik ke arah yang seharusnya Anda tempuh?
Allah yang penuh kasih, terima kasih untuk firman-Mu yang menuntun langkahku di jalan yang terarah kepada-Mu. Tolonglah aku untuk melangkah lebih dekat kepada-Mu hari ini.
Amin
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu
WAWASAN
Dalam suratnya kepada jemaat Galatia, Paulus menyampaikan salah satu argumennya yang paling tegas: orang percaya di dalam Yesus tidak perlu mengikuti tata cara dan adat Yahudi untuk menikmati berkat-berkat dari kesetiaan Kristus. Ia menegaskan bahwa dirinya memiliki hak untuk memberitakan Injil, dengan mengisahkan ketaatannya yang ekstrem dalam iman Yahudi dan pengakuan Petrus (Kefas) atas panggilannya dalam Kristus (Galatia 1:18; 2:9).
Paulus juga menceritakan bagaimana ia menegur Petrus secara langsung karena Petrus menghindari orang-orang non-Yahudi, lantaran takut terhadap tekanan dari sejumlah orang Yahudi (2:11-21). Dalam pasal 5, Paulus kembali menekankan bahwa Kristus telah membenarkan kita di hadapan Allah dan membebaskan kita. Karena itu, mewajibkan orang percaya untuk mengikuti hukum Taurat berarti menolak kebenaran Injil (ay. 1-10). Sebaliknya, mendalami firman Allah akan membawa orang percaya kepada kebenaran dan menjaga mereka dari penyimpangan. –Jed Ostoich
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread

Tidak ada komentar:
Posting Komentar