Seperti bayi yang habis menyusu, berbaring tenang di pangkuan ibunya, setenang itulah hatiku. –Mazmur 131:2 (BIS)
Baca: Mazmur 131
Dalam sebuah rubrik konsultasi, psikiater pengasuh rubrik tersebut menjawab pertanyaan pembaca bernama Brenda, yang mengeluh bahwa pengejaran ambisi telah membuatnya merasa tidak bahagia. Jawaban si psikiater sungguh menohok. “Manusia tidak diciptakan untuk berbahagia,” katanya, “melainkan hanya untuk bertahan hidup dan bereproduksi.” Ia menambahkan bahwa kita dikutuk untuk terus mengejar “kupu-kupu yang begitu menggoda dan sulit digapai” bernama kepuasan, “tetapi tidak selalu dapat meraihnya.”
Saya penasaran bagaimana perasaan Brenda saat membaca jawaban yang bernada nihilistik itu. Seandainya saja Brenda membaca Mazmur 131, betapa jauh berbedanya perasaan yang mungkin ia rasakan. Dalam mazmur itu, Daud mengajak kita untuk merenungkan bagaimana kita mendapatkan ketenangan dan kepuasan. Ia memulainya dengan sikap rendah hati, menyisihkan ambisinya sebagai raja, dan walaupun merenungkan pertanyaan-pertanyaan yang besar dan sulit tentang kehidupan itu penting, ia mengesampingkan itu semua (ay. 1). Kemudian Daud menenangkan hati di hadapan Allah (ay. 2) lalu mempercayakan masa depan ke dalam tangan-Nya (ay. 3 ). Hasilnya indah: “Seperti bayi yang habis menyusu, berbaring tenang di pangkuan ibunya,” katanya, “setenang itulah hatiku” (ay. 2 BIS).
Dalam dunia yang bobrok ini, kepuasan terkadang sulit digapai. Dalam Filipi 4:11-13, Rasul Paulus berkata bahwa perasaan puas dan cukup adalah sesuatu yang perlu dipelajari. Namun, jika kita meyakini bahwa kita diciptakan hanya untuk “bertahan hidup dan bereproduksi”, perasaan puas pasti menjadi bagaikan kupu-kupu yang tidak mungkin diraih. Daud menunjukkan jalan lain kepada kita: raihlah kepuasan dengan menenangkan diri di hadirat Allah.
Oleh: Sheridan Voysey
Renungkan dan Doakan
Dalam momen apa Anda merasa paling puas? Bagaimana Anda dapat menyediakan waktu luang untuk menenangkan diri dalam hadirat Allah hari ini?
Allah terkasih, aku menenangkan diriku di dalam-Mu, sumber kepuasanku yang terdalam.
Amin.....
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu....
WAWASAN
Mazmur 120–134 dikenal sebagai Nyanyian Ziarah, karena kelima belas mazmur dalam kumpulan itu dinyanyikan oleh umat Allah pada zaman kuno ketika berziarah ke Yerusalem untuk memperingati hari-hari raya tahunan. Mazmur 131 adalah salah satu nyanyian paling pendek dalam kumpulan tersebut. Charles Spurgeon, pengkhotbah abad ke-19, menyatakan bahwa mazmur itu “adalah salah satu mazmur terpendek untuk dibaca, tetapi juga yang terlama untuk dipelajari.” Yang membuat mazmur itu terlama untuk dipelajari adalah karena isinya menegur salah satu aspek perilaku manusia yang paling sulit, yaitu kesombongan kita. Dalam mazmur ini kita mendengar kesungguhan doa seseorang yang telah membuang kesombongan. Pemazmur juga mengungkapkan dan menganjurkan kepuasan dalam kerendahan hati bersama Allah dengan menggunakan gambaran ibu dan anak yang umum. Meski telah disapih, kepuasan sang anak didapatkan dalam kehadiran ibu yang penuh kasih, bukan hanya dalam makanan yang disediakannya. –Arthur Jackson
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread / BIRO INFOKOM HKI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar